Di wilayah Jepara setidaknya terdapat 3.995 unit usaha kerajinan seni ukir kayu jati maupun mebel yang dapat menyerap 52.443 tenaga kerja (data pertengahan 2012 sumber kompas). Pada data pemerintah setempat menyebutkan, bahwa di Desa Mulyoharjo, Kec. Jepara, ditetapkan sbg sentra seni ukiran kayu jati sebab konon daerah ini merupakan cikal bakal seni ukir Jepara, di sini saja terdapat 1.142 tempat usaha mebel. Nilai produksi kerajinan seni dan meubel kayu jati untuk desa ini saja dalam setahunnya bisa mencapai Rp 3,5 miliar.
Meskipun kejayaan industri seni ukir jepara tidak seperti pada era 1990- 2000 dimana permintaan pasar dalam negeri dan luar negeri masih tinggi, industri ini di daerah tersebut masih tetap berjalan karena memang masyarakat Jepara yang sudah menggeluti bisnis ini enggan untuk pindah ke lain hati. Saat ini yang masih bertahan adalah pasar dari dalam negeri dan beberapa negara dari kawasan Asia, seperti Korea, China, dan Malaysia. Untuk pasar nasional ataupun lokal, kayu jati lebih disukai, sedangkan pasar internasional, seperti Amerika dan Eropa lebih menyukai ukiran ataupun furniture dari bahan kayu mahoni.
Terkait ketersediaan bahan baku, dalam memenuhi kebutuhan, Jepara sangat beruntung karena bahan baku tergolong mudah untuk diperoleh. Ini dikarenakan pengrajin Jepara umumnya memperoleh pasokan bahan kayu dari daerah-daerah terdekat seperti Blora, Sragen dan lain-lain disekitar propinsi Jawa Tengah, ada juga pasokan dari wilayah Jawa Timur seperti Ngawi. Namun secara garis besar bahwa Indonesia tidak akan pernah kekurangan bahan kayu. Tercatat daerah seperti Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera masih terdapat sumber bahan baku yang berlimpah untuk seni ukir kayu jati Jepara ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar